Senin, 27 September 2010

Sang Pencerah



Seperti biasa, hari jumat adalah hari-nya bersenang2, saatnya utk dolan2, hang out, atau sekedar nyobain kuliner baru.

Hari jumat kemaren, kebetulan ada salah seorang temen yg ngajak nonton bareng. Dan berhubung beliau lagi “ngidam” pengen nonton Sang Pencerah, jadilah film garapan Hanung Bramantyo ini jadi pilihan kami.

Dari segi tema, film2 ky gini jarang banget ada di Indonesia. Kebanyakan film Indonesia kan temanya tentang cinta-cintaan, ato horor-hororan, yg lebih mirip film semi-porno ketimbang film horor. Liat aja posternya, selain gambar pocong, nyaris selalu ada gambar cewek dg baju kurang bahan. Apalagi ceritanya jg terkesan dibuat2. masa film horor kok lebih banyak adegan ciuman, peluk2an, sampe nyaris “doing XXX” di pinggir kolam renang? Ckckck..

Di tengah film2 yg membanjir (tp gak banyak yg bermutu), Sang Pencerah menawarkan warna lain dalam industri film Indonesia. Bercerita tentang KHA Dahlan, salah seorang pahlawan di Indonesia. Banyak orang yg mengenal beliau sebagai pendiri Muhammadiyah, salah satu organisasi islam terbesar di Indonesia. Dan banyak pula yg hanya mengenal beliau dari poster2, atau gambar2 dg citra seorang lelaki tua berjenggot dan memakai sorban.

Tapi tidak banyak yg tahu ttg perjuangan beliau. Di sini Hanung menawarkan gambaran kehidupan KHA Dahlan, dari masa muda hingga tengah baya. Bagaimana beliau menegakkan agama islam meski harus melawan tradisi yg kental di tengah masyarakat jawa, bagaimana beliau memberi pengertian bahwa islam sederhana, tanpa harus menyederhanakan islam itu sendiri, bagaimana beliau berusaha memajukan bangsanya tanpa harus tunduk pada bangsa lain, bagaimana beliau dicintai oleh para pengikutnya tapi begitu dibenci oleh para kyai yg tidak setuju dg pemikirannya, dan bagaimana beliau konsisten dengan perjuangannya walaopun dibilang kafir oleh saudara2nya sendiri.


Berlatar di Yogyakarta era abad 18-an, detail setting ini memang kurang mencerminkan kondisi pd jaman itu. tapi kekurangan ini bisa dicover dg alur cerita yg menarik dan ga bikin boring

Meskipun ending cerita ini digambarkan dg berdirinya Muhammadiyah, tapi film ini layak ditonton oleh semua kalangan. Buat kalian yg suka dg film beradegan “syuuurrr” mending jangan nonton deh, krn dalam film ini romansa cinta para pemain hanya digambarkan sebatas “tatapan mata atau pegangan tangan”. Heheee..

Salut utk Hanung Bramantyo..
^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar