Kamis, 26 Agustus 2010

PNS jg manusia..

rabu sore.
diajakin maen ke rumah temennya "temen" sekalian tilik dedek bayi yg baru lahir.
sampe sana langsung ditanyain mamanya si dedek
Q : "ini baru pulang ato emg dari rumah?
A : "baru pulang.. ada lembur tadi."
Q : "haaa?? ada lembur juga to??"
A : "ng...."

sialan..
mungkin emg mind set masyarakat emg gt kali ya. PNS kan kerjanya dateng telat-ngeteh-baca koran-ngrumpi2-nongkrong di kantin-pulang cepet.
tp sy gak gitu looooo..
suerrrr..

kadang pulang telat, sering malah..
kadang lembur, itupun gak dibayar..

yah, PNS jg manusia.. emg ada yg "tidak berada di jalan yg lurus". tp jgn menjustifikasi sepihak, dgn menggeneralisasikan bhw semua PNS tu ky gitu dnk..

Senin, 23 Agustus 2010

Untitled

"Sometimes two people have to fall apart to realize how much they need to fall back together."

But..
Sometimes two people have to get closer to realize how much they're "clicking" each other, how they meant to be together..
^_^

Sabtu, 21 Agustus 2010

Otoboke : Section Chief




Siapa bilang komik humor itu konyol?
Menurut saya, komik2 yang ber-genre humor justru cerdas.
Seperti komik ini misalnya, si pengarang berhasil membuat pembaca tertawa hanya dengan empat kotak gambar dan dialog yang sangat minim, bahkan ada yg tanpa dialog sama sekali.
Tapi..
Hasilnya..
Bisa bikin orang tertawa sendiri terpingkal2, kaya orang gila (termasuk sy..)

Komik ini menceritakan tentang keluarga otoboke, keluarga "aneh" yg sering melakukan hal2 konyol, dan memalukan.
Sang kepala keluarga, misalnya, pernah keliru masukin amplop berisi uang bonus ke kotak pos, mblender kupon lotre gara2 kalah pacuan kuda, pake jas baru padahal siangnya ada latian pemadam kebakaran, beli kembang utk istrinya, tp yang dibeli malah kembang kol. ckckck..

Kamis, 05 Agustus 2010

Jogja.. The place where i belong, where i come home to..



“Hai, kerja di mana sekarang?”
Ah.. masih di jogja kok.. kamu?”
“Jakarta”

Sepenggal basa-basi yg sering terlontar saat ketemu teman lama di dunia maya.
Ya, saya masih di jogja. Dari masih orok sampe segede ini. Saya memang gak pernah ada niat meninggalkan Jogja. Cari kerja pun cuma di perusahaan2 Jogja atau penempatannya deket2 jogja. Berbeda jauh dg teman2 lain yg banyak mengincar perusahaan besar yg kebanyakan di Jakarta, bahkan luar jawa.

Jakarta.
Pernah beberapa kali dateng ke sana, terakhir pas tes wawancara di sebuah perusahaan. Masih terasa jelas, begitu kaki ini menginjak tanah Jakarta, ada perasaan bahwa saya gak mau dan gak akan betah tinggal di sini.
Makanya, saat gak lolos tes final bukannya nangis2, tapi senengnya setengah mati. Alhamdulillah, gak jadi hidup di sana. Bahkan seorang teman yg saat itu bareng2 tes pun malah heran “gak keterima kok malah seneng sih?”

Sebuah tantangan memang, utk memilih bekerja di Jogja, yang notabene perusahaannya relatif lebih kecil dengan gaji tidak seberapa. Dan butuh sebuah keberanian utk tetap percaya dg apa yg sy yakini, bahwa sy bisa tetap bertahan di sini.

Alasan yg sedikit cengeng memang.
Kalo sy menginggalkan jogja mk sy tidak akan pernah bisa merasakan kecupan hangat, secangkir teh, dan sekedar pertanyaan “pengen dimasakke opo, nduk?” setiap pagi dari ibunda tercinta
Tidak bisa berdebat panjang lebar atau sekedar pertanyaan “Balik jam piro? Wis tekan endi?” dr bapak ketika sy terlambat pulang
Tidak bisa menikmati jalan2 pagi, sebungkus kunir asem dan sebatang jagung rebus di hari minggu
Tidak bisa menikmati segelas es renjuk, sepiring omlet mie, dan sebuah percakapan ringan dengan si tukang ojek
Tidak bisa menikmati berdesak-desakan di bus jalur 15 dan 76 jogja-wates.

T.I.D.A.K. B.I.S.A. M.E.N.I.K.M.A.T.I J.O.G.J.A

Sy bertahan utk itu.
Utk sekedar ngeroki punggung saat ibu masuk angin
Sekedar mencium tangan bapak sebelum naik bis
Sekedar menghirup udara pagi di kota kecil ini
Sekedar merasakan nikmatnya tertawa dan menangis bersama dia, yg juga bertahan di sini, utk sy..

Sebagian orang menilai sy terlalu naif dan bodoh, menyia-nyiakan kesempatan yg jauh lebih luas di luar sana. Kerja di luar kota bisa dapet gaji jauh lebih besar. Tapi bukan itu yg sy cari. Sy cm ingin merasakan kebahagiaan, ketenangan dalam setiap kebersamaan dg mereka.

Tapi ini adalah pilihan..
dan sy tidak akan pernah menyesalinya

Senin, 02 Agustus 2010

To love somebody, to love my shoes..

Si coklat.
Ini sepatu dibeli hampir 2 tahun yang lalu. Dari warnanya masih coklat sampe sekarang sudah butut.
Anehnya, sampe sekarang belum ada niat untuk mempensiunkan si coklat ini.
Hmm.. as always, selalu merasa berat melepaskan sepatu kesayangan.
Buat sy, memilih sepatu itu seperti memilih pasangan.
Dilihat bentuknya, ukuran, warna, dicoba, klo udah bener2 pas dan nyaman, bakalan susaaaaaaahhh bgt utk membuangnya

Ganti sepatu (untuk selamanya) rasanya seperti ada sesuatu yg hilang, dan gak bisa rela melepaskan dalam waktu singkat.
Seperti putus sm pacar. Gak bisa sesingkat itu melupakannya, gak bisa sesingkat itu menggantikannya.

Kemaren ada yg nawarin kartu member sebuah merek sepatu terkenal “Cuma 15 rb kok, dek.. bayarnya bisa cicil 3x”
Iye, cicil 3x, tapi harganya berapa ratus ribu tuh?
“Ng, gak dulu deh..” jawaban simpel

Maaf.
Saya gak suka gonta-ganti sepatu.
Seperti saya gak suka gonta-ganti pacar.

Sekalinya cocok, bisa bertaun2 baru beli sepatu
Tapi, sumpah.. sekalinya cocok, sy gak pengen ganti pacar lagi