Selasa, 06 Juli 2010
Tentang contek-mencontek dan secuil idealisme
Masih inget masa2 sekolah dulu? Masa2 di mana contek mencontek adalah suatu kewajaran yg terjadi saat ulangan atau ujian kenaikan kelas..
Dulu bisa dibilang saya salah satu ahli strategi mencontek. Klo pas mau ujian, sebelum masuk kelas bikin strategi dulu utk nyontek. Caranya : bikin kode jawaban, cara yg aman biar ga kelauan pengawas. Misalnya :
Pegang2 alis : jawaban A
Pegang2 bibir : jawaban B
Pegang2 pipi : jawaban C
Pegang2 dagu : jawaban D
See?? Klo pun ada pengawas yg curiga, paling mereka cuma bertanya2 dalam hati Ini anak2 mukanya pada gatel kali ya.. dari tadi garuk2 terus
Sayangnya (untungnya), tradisi kriminal ini sudah lama sy tinggalkan. Dan kali ini, sebuah drama contek-mencontek kembali sy saksikan dgn pemeran utama : bapak2 ibu2 yg usianya udah gak bisa dibilang muda lagi dan sedang mengikuti ujian utk kenaikan tingkat.
Dan inilah potongan adegannya :
Adegan pertama :
Panitia sudah membacakan tata tertib bahwa utk ujian pilihan ganda sifatnya CLOSE BOOK!!
Seorang bapak peserta ujian terang2an meletakkan sumber bahan ujian di atas meja. Dan beliau pun TERANG-TERANGAN nyontek dari bahan2 yg dia bawa.
Iseng2 saya Tanya ke panitia “Gimana, tuh? Ada yg terang2an nyontek lho..”
Beliau pun menjawab “Ah, itu sih udah biasa, dek.. biarin aja”
*diam*
Adegan kedua :
Seorang peserta sudah selesai mengerjakan soal. Dia meletakkan soal dan jawaban di atas meja, lalu meninggalkan kursinya
Peserta lain, yg duduk di sebelahnya segera beraksi. Clingak-clinguk, lalu.. hap!! Dengan sigap dia menjambar lembar jawab yg ditinggalkan tadi. Dan MENCONTEKNYA SECARA TERANG-TERANGAN.
Dan klo saya mau, masih ada puluhan adegan utk diceritakan. Waktu SMP-SMA, nyontek terasa seperti hal yg biasa. Tapi saat seseorang sudah berumur, apa itu masih bisa dianggap biasa?
Waktu SMA, kita belum berkutat dengan idealisme yg bernama KEJUJURAN. Saat sudah berumur, apa tidak ada idealisme yg bisa dipertahankan lg?
Mencontek, adalah hal yang tidak jujur.
Mencontek, (memang) adalah hal yang sepele.
Tapi..
Korupsi kelas kakap pun dimulai dari hal2 sepele, termasuk tidak jujur kan?
Pantas di Indonesia banyak koruptor. Karena mereka (kita) tidak mau belajar jujur. Karena terlalu banyak hal-hal tidak wajar yang dianggap sudah wajar.. karena ketidak jujuran sudah menjadi sebuah pembenaran.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar